Rabu, 05 November 2014

TOKOH PEMIMPIN BESAR ALEKSANDER AGUNG



ALEKSANDER AGUNG

 
1.      Riwayat singkat

a.       Kebangsaaan                           : Yunani
b.      Tanggal lahir                           : 20 juli 356 SM
c.       Tempat lahir                            : Pella, makedonia
d.      Tanggal wafat                          : 10 juni 323 SM
e.       Tempat wafat                          : Babilonia
f.       Nama ayah                              : Filipus II
g.      Nama ibu                                 : Olympias
h.      Nama istri                                : Roxana, Stateira II, Parysatis II
i.        Nama anak                              : Aleksander IV
j.        Masa jabatan                           : 336-323 SM
k.      Gelar                                        : Raja makedonia
l.        Agama                                     : Politeisme Yunani

2.      Autobiografi 

Kehidupan awal
 
Aleksander III dari Makedonia (20/21 Juli 356 – 10/11 Juni 323 SM), lebih dikenal sebagai Aleksander Agung (bahasa Yunani: Μέγας Ἀλέξανδρος, Mégas Aléxandros) atau Iskandar Agung, adalah raja Kekaisaran Makedonia (bahasa Yunani: Βασιλεύς Μακεδόνων), sebuah negara di daerah timur laut Yunani. Pada usia tiga puluh tahun, dia memimpin sebuah kekaisaran terbesar pada masa sejarah kuno, membentang mulai dari Laut Ionia sampai pegunungan Himalaya. Dia tidak pernah terkalahkan dalam pertempuran dan dianggap sebagai komandan perang terhebat sepanjang masa. Aleksander lahir di Pella pada 356 SM dan merupakan murid seorang filsuf terkenal, Aristoteles. Pada tahun 336 SM Aleksander menggantikan ayahnya, Filipus II dari Makedonia, sebagai pemimpin Makedonia setelah ayahnya dibunuh oleh pembunuh gelap. Filipus sendiri telah menaklukkan sebagian besar negara-kota di daratan utama Yunani ke dalam hegemoni Makedonia, melalui militer dan diplomasi.

            Setelah kematian Filipus, Aleksander mewarisi kerajaan yang kuat dan pasukan yang berpengalaman. Dia berhasil mengukuhkan kekuasaan Makedonia di Yunani, dan setelah otoritasnya di Yunani stabil, dia melancarkan rencana militer untuk ekspansi yang tak sempat diselesaikan oleh ayahnya. Pada tahun 334 SM dia menginvasi daerah kekuasaan Persia di Asia Minor dan memulai serangkaian kampanye militer yang berlangsung selama sepuluh tahun. Aleksander mengalahkan Persia dalam sejumlah pertempuran yang menentukan, yang paling terkenal antara lain Pertempuran Issus dan Pertempuran Gaugamela. Aleksander lalu menggulingkan kekuasaan raja Persia, Darius III, dan menaklukkan keseluruhan Kekasiaran Persia (Kekasiaran Akhemeniyah). Kekaisaran Makedonia kini membentang mulai dari Laut Adriatik sampai Sungai Indus.

            Karena berkeinginan mencapai "ujung dunia", Aleksander pun menginvasi India pada tahun 326 SM, namun terpaksa mundur karena pasukannya nyaris memberontak. Aleksander meninggal dunia di Babilonia pada 323 SM, tanpa sempat melaksakan rencana invasi ke Arabia. Setelah kematian Aleksander, meletuslah serangkaian perang saudara yang memecah-belah kekaisarannya menjadi empat negara yang dipimpin oleh Diadokhoi, para jenderal Aleksander. Meskipun terkenal karena penaklukannya, peninggalan Aleksander yang bertahan paling lama bukanlah pemerintahannya, melainkan difusi budaya yang terjadi berkat penaklukannya.

            Berkat penaklukan Aleksander, muncul koloni-koloni Yunani di daerah timur yang berujung pada munculnya budaya baru, yaitu perpaduan kebudayaan Yunani, Mediterrania, Mesir, dan Persia yang disebut dengan Peradaban Hellenis atau Hellenisme. Aspek-aspek Hellenis tetap ada dalam tradisi Kekaisaran Bizantium sampai pertengahan abad 15. Pengaruh Hellenisme ini bahkan sampai ke India dan Cina. Khusus di Cina, pengaruh kebudayaan ini dapat ditelusuri di antaranya dengan artefak yang ditemukan di Tunhuang. Aleksander menjadi legenda sebagai pahlawan klasik dan diasosiasikan dengan karakteristik Akhilles. Aleksander juga muncul dalam sejarah dan mitos-mitos di Yunani maupun di luar Yunani. Aleksander menjadi pembanding bagi para jenderal bahkan hingga saat ini, dan banyak Akademi militer di seluruh dunia yang mangajarkan siasat-siasat pertempurannya.

            Aleksander selama ekspansinya juga mendirikan beberapa kota yang semuanya dinamai berdasarkan namanya, seperti Aleksandria atau Aleksandropolis. Salah satu dari kota bernama Aleksandria yang berada di Mesir, kelak menjadi terkenal karena perpustakaannya yang lengkap dan bertahan hingga seribu tahun lamanya serta berkembang menjadi pusat pembelajaran terhebat di dunia pada masa itu.

            Walaupun hanya memerintah selama 13 tahun, semasa kepemimpinannya ia mampu membangun sebuah imperium yang lebih besar dari setiap imperium yang pernah ada sebelumnya. Pada saat ia meninggal, luas wilayah yang diperintah Aleksander berukuran 50 kali lebih besar daripada yang diwariskan kepadanya serta mencakup tiga benua (Eropa, Afrika, dan Asia). Gelar yang Agung atau Agung di belakang namanya diberikan karena kehebatannya sebagai seorang raja dan pemimpin perang lain serta keberhasilannya menaklukkan wilayah yang sangat luas.


Kelahiran

            Aleksander dilahirkan pada tanggal 20 (atau 21) Juli 356 SM, di Pella, ibu kota Kekaisaran Makedonia di Yunani Kuno. Dia terlahir sebagai putra Filipus II, Raja Makedonia. Ibunya adalah istri keempat Filipus, Olympias, putri Neoptolemos I, raja Epiros. Meskipun Filipus memiliki tujuh atau delapan istri ketika itu, namun Olympias adalah istrinya yang paling utama, barangkali karena dia yang melahirkan Aleksander.
            Sebagai anggota Wangsa Argead, Aleksander mengklaim diri sebagai keturunan Herakles melalui Karanos dari Makedonia. Dari pihak ibunya dan Aiakid, dia mengklaim diri sebagai keturunan Neoptelemos, putra Akhilles. Keponakan kedua Aleksander adalah jenderal Pyrrhos dari Epiros, yang oleh Hannibal dianggap sebagai komandan sehebat Aleksander atau kedua terhebat setelah Aleksander.
            Menurut biografer Yunani kuno, Plutarch, Olympias, pada malam pernikahannya dengan Filipus, bermimpi bahwa rahimnya disambar petir, yang memicu semburan api yang menyebar sampai "jauh dan luas" sebelum padam. Beberapa waktu sebelum pernikahan, dikatakan bahwa Filipus bermimpi melihat dirinya menyegel rahim istrinya dengan menggunakan segel berukir singa. Plutarch mengajukan sejumlah penafsiran tentang mimpi-mimpi itu: bahwa Olympia telah hamil sebelum menikah, ditunjukkan dengan penyegelan rahimnya; atau bahwa ayah Aleksander adalah Zeus. Para sejarawan ada yang berpendapat bahwa Olympias yang ambisius membesar-besarkan cerita mengenai silsilah dewa Aleksander, yang lain berpendapat Olympias memberitahu Aleksander.

            Pada hari kelahiran Aleksander, Filipus sedang bersiap-siap untuk mengepung kota Potidea di semenanjung Chalcidike. Pada hari yang sama, Filipus mendapat kabar bahwa jenderalnya Parmenion telah mengalahkan pasukan gabungan Illyria dan Paionia, dan bahwa kuda-kudanya telah memenangkan Olimpiade. Dikatakan pula bahwa pada hari itu, Kuil Artemis di Ephesos—salah satu dari Tujuh Keajaiban Dunia Kuno-terbakar. Hegesias dari Magnesia berkata bahwa kuil itu terbakar karena dewi Artemis menghadiri kelahiran Aleksander.

Masa anak-anak

            Pada usia-usia awal, Aleksander diasuh oleh susternya, Lanike, saudari Kleitos si Hitam, calon sahabat dan jenderal Aleksander pada masa depan. Pada masa anak-anak, Aleksander belajar pada Leonidas yang disiplin, seorang kerabat ibunya. Aleksander juga berguru pada Lysimakhos. Aleksander dbesarkan sebagai bangsawan  muda Makedonia, dia belajar membaca, bermain lira, bertarung, dan berburu.

            Ketika Aleksander berusia sepuluh tahun, seorang pedagang kuda dari Thessalia menawarkan seekor kuda pada Filipus. Kuda tersebut diberi harga senilai tiga belas talen. Kuda itu tidak mau ditunggangi oleh siapapun, dan Filipus memerintahkannya untuk dibawa pergi. Akan tetapi, Aleksander berkata bahwa rasa takut kuda itu adalah bayangannya sendiri dan meminta kesempatan untuk memunggangi kuda itu. Aleksander berhasil melakukannya. Menurut Plutarch, Filipus, yang merasa sangat senang melihat keberanian dan ambisi Aleksander, langsung mencium putranya itu dan menyatakan: "Putraku, kau harus menemukan kerajaan yang cukup besar untuk ambisimu. Makedonia terlalu kecil untukmu". Setelah itu Filipus membelikan kuda itu untuk Aleksander. Aleksander menamai kuda itu Bukephalas, bermakna "kepala lembu". Bukephalas akan menjadi teman perjalanan Aleksander dalam penaklukannya sampai ke India. Ketika Bukephalas mati (akibat usia tua, menurut Plutarch, karena sudah berusia tiga puluh tahun), Aleksander menamai sebuah kota sesuai nama kudanya (Bukephala).

        Ketika Aleksander menginjak usia tiga belas tahun, dia membutuhkan pendidikan yang lebih tinggi, maka dia pun mencari tutor. Beberapa calon tutornya antara lain Isokrates dan Speusippos, penerus Plato di Akademi Plato. Pada akhirnya, Filipus menawarkan pekerjaan itu pada Aristoteles, yang menerimanya. Filipus memberikan Kuil Para Nimfa di Mieza sebagai ruang belajar mereka. Sebagai imbalan atas pengajarannya, Filipus bersedia untuk membangun kembali kampung halaman Aristoteles di Stageira, yang pernah dihancurkan olehnya. Filipus merepopulasi kota itu dengan cara membeli dan memerdekakan para bekas warga yang sempat menjadi budak, atau dengan mengampuni para warga yang berada di pengasingan.

            Mieza menjadi sekolah asrama bagi Aleksander dan anak-anak bangsawan Makedonia lainnya, misalnya, Ptolemaios, Hephaistion, dan Kassandros. Banyak murid di sana yang belajar bersama Aleksander kelak menjadi sahabat dan jenderalnya, atau yang lebih sering disebut sebagai 'Rekan'. Di Mieza, Aristoteles mengajari Aleksander dan kawan-kawannya pengobatan, moral, filsafat, agama, logika, dan seni. Berkat ajaran Aristoteles, Aleksander menjadi berminat pada karya-karya Homeros, terutama Iliad. Aristoteles memberi satu salinan Iliad pada Aleksander, yang selalu dibawanya dalam kampanye militernya.

Konsolidasi kekuasaan

 
            Aleksander memulai masa pemerintahannya dengan menyingkirkan orang-orang yang menurutnya berpotensi mengancam takhtanya. Dia menghukum mati sepupunya, Amyntas IV, dan juga membunuh dua pangeran Makedonia dari daerah Lynkestis, sedangkan pangeran ketiga, yaitu Aleksander Lynkestes, diampuni. Sementara itu Olympias, ibu Aleksander, memerintahkan bahwa Kleopatra Euridike dan putrinya, Europa, dikubur hidup-hidup. Ketika Aleksander tahu tentang hal itu, dia marah pada ibunya. Aleksander juga memerintahkan bahwa Attalos harus dibunuh. Attalos sendiri saat itu menjabat sebagai komandan pasukan di Asia Minor. Attalos sempat berkorespondensi dengan Demosthenes, mengenai kemungkinannya untuk kabur ke Athena. Terlepas dari apakah Attalos benar-benar berniat ke Athena atau tidak, dia sudah membuat Aleksander marah. Selain itu, setelah mengetahui bahwa putri dan cucu Attalos mati, Aleksander merasa bahwa Attalos terlalu berbahaya untuk dibiarkan hidup. Aleksander membiarkan Arrhidaios hidup. Arrhidaios disebutkan menderita cacat mental, kemungkinan akibat diracun oleh Olympias.

Kematian

            Sebuah diari astronomi Babilonia (323–322 SM) yang berisi tentang kematian Aleksander (Museum Britania, London).
            Pada tanggal 10 atau 11 Juni 323 SM, Aleksander meninggal di istana Nebukadnezar II, di Babilonia pada usia 32 tahun. Rincian mengenai kematian tersebut sedikit berbeda-beda. Catatan Plutarch menceritakan bahwa sekitar 14 hari sebelum kematiannya, Aleksander menjamu admiralnya, Nearkhos, dan menghabiskan malam serta hari berikutnya dengan minum-minum bersama Medios dari Larissa. Aleksander lalu mengalami demam, yang semakin lama semakin parah, sampai-sampai dia tak dapat lagi berbicara. Para tentara menjadi sangat cemas ketika Aleksande hanya dapat mengabaikan tangannya pada mereka. Dua hari kemudian, Aleksander meninggal dunia. Sementara Diodoros menceritakan bahwa Aleksander menderita rasa sakit setelah meneggak semangkuk besar angur yang tidak dicampur untuk menghormati Herakles, dan wafat setelah mengalami semacam rasa sakit, yang juga disebutkan sebagai alternatif oleh Arrian, namun Plutarch secara khusus membantah klaim ini.


3.      Analisis kepemimpinan
 

Gaya Kepemimpinan

       Gaya yang digunakan oleh Alexander Agung adalah gaya kepemimpinan Demokratis karena Pada usia-usia awal, Aleksander diasuh oleh susternya, yang selalu mengajarkan untuk hidup lebih dekat dengan bangsanya, dan lebih merakyat. Pada masa anak-anak, Aleksander belajar pada Leonidas yang disiplin, seorang kerabat ibunya. Aleksander juga berguru pada Lysimakhos. Aleksander dibesarkan sebagai bangsawan  muda Makedonia, dia belajar membaca, bermain ria, bertarung, dan berburu. Pada masa kepemimpinan nya dia memimpin sebuah kekaisaran terbesar pada masa sejarah kuno, membentang mulai dari Laut Ionia sampai pegunungan Himalaya. Dia tidak pernah terkalahkan dalam pertempuran karena dia selalu memberikan strategi-strategi yang sudah dapat diterima dengan mudah oleh para prajuritnya. Dia pun besifat terbuka dan tidak pernah membeda-bedakan prajuritnya dan dianggap sebagai komandan perang terhebat sepanjang masa.

    Pada masa kepemimpinannya juga Aleksander memulai masa pemerintahannya dengan menyingkirkan orang-orang yang menurutnya berpotensi mengancam takhtanya karena kurangnya kerjasama. Dia menghukum mati sepupunya, Amyntas IV, dan juga membunuh dua pangeran Makedonia dari daerah Lynkestis, sedangkan pangeran ketiga, yaitu Aleksander Lynkestes, diampuni. Sementara itu Olympias, ibu Aleksander, memerintahkan bahwa Kleopatra Euridike dan putrinya, Europa, dikubur hidup-hidup. Dan startegi ini hanya diungkapkan pada ibu nya sendiri.

Sistem Kepemimpinan

        Sistem Kepemimpinan Alexandro Agung ini menggunakan Sistem Otokratis Paternalistic, karena dia berkeinginan mencapai "ujung dunia", di Setiap Pertempurannya selalu memberikan motivasi yang dapat mempengaruhi para prajuritnya untuk mendapatkan kemenangan yang luas sehingga disetiap pertempurannya selalu berkahir dengan kemenangan. Serta pada masa kepemimpinannya dia lebih bersifat fleksibel dan pada wewenang yang dibuat olehnya dia memberikan kebebasan pada bangsa nya untuk lebih terbuka.

Tindakan Pengambilan Keputusan

      Kebijakan-kebijakan pada masa Kekaisaran nya Alexandro Agung, dia mengambil keputusan untuk mengusai ujung dunia dan dia berhasil mengukuhkan kekuasaan Makedonia di Yunani lalu menaklukkan keseluruhan Kekasiaran Persia (Kekasiaran Akhemeniyah)  Kekaisaran Makedonia kini membentang mulai dari Laut Adriatik sampai Sungai Indus. Sehingga dapat memperluas wilayah Kekaisarannya dan dapat diakui pada masa jabatannya.



4.      Sumber referensi





Tidak ada komentar:

Posting Komentar